71 Tahun : Ayo Kerja Nyata!

Selamat malam semua! Merdeka! Satu kata yang sering kita dengar, terlebih menjelang 17 Agustus. Satu kata yang melambangkan perjuangan, pengorbanan, persatuan, semangat baja, hingga titik darah penghabisan. Ya, kata yang diteriakkan para pahlawan kita ketika Bung Karno dari kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur no 56 meneriakkan proklamasi dan pidato kemerdekaan yang sarat akan makna.

Kata itu pun terus diteriakkan oleh bangsa kita, terlebih masa pasca kemerdekaan. Masa dimana sebuah Negara yang  masih amat muda, bahkan dalam ukuran manusia belum bisa berjalan, sudah menghadapi ancaman disintegrasi bangsa yang begitu hebat melanda negeri ini. Mulai kedatangan kembali Belanda dengan tumpangan NICA, kemudian dilanjutkan dengan Agresi Militer Belanda 1 dan 2. Belum lagi ancaman dari internal Indonesia sendiri.

PKI Madiun misalnya. Partai yang memiliki sejarah kelam di negeri ini memberontak akan mendirikan Negara Indonesia Soviet. Hal tersebut diiringi dengan DI/TII dengan Negara Islam Indonesianya. Dan yang paling fenomenal tentu Serangan Umum 1 Maret 1949 yang menjadi pembuktian bahwa Negara Indonesia tetap bertahan dalam bentuk apapun.

Itu semua adalah kejadian masa lampau. Sakit. Ya, pasti. Tapi, itulah bahan pembelajaran yang amat sangat bernilai bagi kokohnya bangsa kita sampai saat ini. Seperti kata Bung Karno dalam salah satu pidatonya, “Jas Merah!(Jangan sekali-kali melupakan sejarah!)”. Mungkin kalian sudah terlalu sering mendengar itu semua, atau mungkin, (maaf) muak. Tapi percayalah, dengan menilik realita zaman sekarang, pantaslah hal ini perlu ditekankan kembali.

Zaman boleh saja modern, tapi tetap saja nilai-nilai perjuangan kita tanamkan dalam diri masing-masing. Bukan saya berkata perkembangan zaman sangat buruk. TIDAK! Amat sangat baik apabila dioptimalkan dengan benar. Ingat, dioptimalkan. Beda lagi artinya kalau dimaksimalkan. Rasanya saya tidak perlu menjelaskan ada apa sebenarnya.

Kalau kalian mengetik keyword di Google,”Indonesia merdeka tapi belum merdeka,” kalian akan menemukan banyak artikel mengenai hal tersebut. Itulah yang menjadi perhatian terbesar kita saat ini. Pendidikan, ekonomi, infrastruktur, dan sebagainya adalah hal ‘klasik’ yang sudah kenyang kita dengar dari zaman orang tua kita masih bermain di lapangan sampai anak cucu kita yang kemudian asyik dengan gadget masing-masing.

Lalu, apa yang akan saya bahas?Kerja nyata! Ya, itulah jargon pada ulang tahun Negara kita ke 71 ini. Kalau kita menilik tahun lalu, jargonnya adalah ‘Ayo Kerja!’. Lalu, apa masalahnya? Kalau kita memperhatikan dengan sangat teliti, dalam pemerintahan presiden kita saat ini, Pak Jokowi selalu meneriakkan Kerja, Kerja, Kerja. Itulah masalahnya.

Negara boleh saja didera banyak masalah. Itu kehendak Tuhan, dan kita pun tidak bisa melawannya, kecuali berusaha keluar dari masalah tersebut. Maka dari itulah diperlukan  KERJA NYATA untuk menyelesaikannya. Bukan hanya sekadar opini dan opini tanpa gerakan yang berarti.

Kemarin, sesaat saya selesai menjalankan tugas sebagai petugas upacara, saya mendengar selentingan omongan, “Percuma nonton upacara kalau kitanya aja belum merdeka sepenuhnya!” Salah? Tidak. Hanya, kembali ke topik sebelumnya, kita perlu suatu aksi nyata untuk perubahan negeri ini. Kalau bahasa gaulnya, jangan omdo. Saya sendiri berharap perkiraan saya salah terhadap orang tersebut.

Jadi, marilah kita renungkan kembali makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Para pejuang kita meraih kemerdekaan dengan KERJA KERAS, maka dari itupun dalam mempertahankannya juga perlu KERJA KERAS. Jika itu semua diterapkan, bukan tak mungkin, generasi emas 2045 tidak mustahil kita raih.

Maju terus Indonesia!!!!