Hai semua! Bertemu lagi di blog
yang nggak ada matinya, Danny’s Space! Pada kesempatan kali ini, saya akan
membagikan materi mengenai persediaan barang dagang. Apa itu? Persediaan barang
dagang adalah elemen penting dalam menjalani kegiatan dalam perusahaan dagang,
karena dalam perusahaan dagang sendiri kegiatan utamanya yaitu menjual barang
dagang. Pasti penasaran kan? Yuk langsung saja kita cek di bawah ini!
Persediaan barang dagang, atau dalam nama lain Merchandise Inventory, adalah akun yang digunakan untuk mencatat nilai persediaan yang kita beli selaku perusahaan dagang. Akun ini termasuk akun aktiva lancar, biasanya ditaruh setelah Kas dan Kas Kecil. Nah, dalam akun ini, dikenal dengan 2 metode, yaitu metode pencatatan dan penilaian persediaan.
-
Metode pencatatan
Metode pencatatan persediaan dalam perusahaan dagang
dibedakan menjadi dua, yaitu fisik dan perpetual. Metode fisik yaitu metode
yang mencatat jumlah atau saldo persediaan baru pada akhir periode, dalam
artian selama membeli persediaan, dijurnal menggunakan akun pembelian, bukan
akun persediaan barang dagang.
Pembelian xxx
Kas /
Utang xxx
Sedangkan dalam metode perpetual, harga pokok persediaan
yang masuk dan keluar dicatat pada saat harga pokok barang dagang tersebut
benar-benar masuk atau keluar. Pencatatan transaksi menggunakan akun persediaan
barang dagang. Dalam metode perpetual sendiri kita menggunakan kartu
persediaan, sebagai rincian dari harga pokok barang dagang yang masuk atau
keluar.
Persediaan barang dagang xxx
Kas /
Utang xxx
-
Metode penilaian
Selain metode pencatatan, kita juge mengenal metode
penilaian. Penilaian disini yaitu bagaimana cara kita menilai perhitungan harga
pokok barang yang masuk atau keluar. Metode penilaian dibagi menjadi 3, yaitu:
a. FIFO (First In First Out), dimana pada metode
ini harga pokok barang yang masuk pertama, itu juga yang akan keluar pertama
kali. Misalnya, tanggal 1 Mei membeli barang dagang senilai Rp20.000,- , lalu
pada 3 Mei membeli barang dagang lagi senilai Rp19.000,- . Ketika akan menjual
barang, maka harga pokok yang digunakan adalah yang Rp20.000,- , karena harga
pokok itu yang masuk pertama kali.
b. LIFO (Last In First Out), dimana pada metode ini
harga pokok barang yang masuk terakhir, itu yang akan keluar pertama kali. Jika
kita menggunakan contoh di atas, maka ketika akan menjual barang, kita akan
menggunakan harga pokok Rp19.000,-.
c. Average (harga rata-rata), dimana pada metode
ini harga pokok barang dagang yang digunakan adalah harga pokok barang dagang
lama, kemudian ditambah dengan harga pokok barang dagang yang baru, lalu dibagi
dua. Jika kita menggunakan contoh di atas, misalnya tanggal 1 Mei harga pokok barang
dagang yang masuk sebesar Rp20.000,- , lalu pada pembelian barang dagang
selanjutnya Rp19.000,- , maka akan terbentuk harga pokok barang dagang yang
baru, yaitu (Rp20.000,- + Rp19.000,-) : 2, sehingga hasilnya Rp19.500,-.
Oke, cukup sekian postingan saya
kali ini. Apabila masih ada yang kurang jelas, silakan tanyakan di kolom
komentar. Sampai jumpa!
Emoticon